Sabtu, 31 Juli 2010

Nasib jadi turis lokal di Indonesia

Sering kali ada yang iseng menanyakan, lebih suka jalan di dalam negeri atau ke luar negeri? Berhubung pengalaman dan jumlah tempat yang saya jalanin belum banyak, tidak adil juga rasanya membandingkan dan mengambil kesimpulan terlalu dini. Yang pasti sejauh ini saya selalu menikmati perjalanan di Indonesia, entah itu karena tidak adanya kendala bahasa, masyarakatnya yang ramah maupun eksotisnya Indonesia.

Di banyak tempat di Indonesia, tidak dirancang khusus untuk turis, jadwal sarana transportasi tidak menentu, minimnya fasilitas yang menunjang kenyamanan turis, tidak ada info yang jelas, bahkan peta yang pantas saja tidak ada. Tapi dilihat dari sisi positifnya, untuk menikmati dan survive di Indonesia, mau gak mau harus berinteraksi dengan penduduk setempat yang seharusnya tidak menjadi masalah karena tipikal orang Indonesia selalu menyambut hangat para pendatang, bahkan para penjajah zaman dulu saja disambut dengan tangan terbuka :p

Ada beberapa hal kita diuntungkan sebagai turis lokal, biasanya tiket masuk harganya lebih murah, harga tiket masuk bagi turis asing bisa hampir 10x lipat dari pada untuk turis lokal, seperti di Candi Borobudur dan Prambanan. Akan tetapi dalam hal akomodasi, banyak guesthouse atau losmen yang menerapkan harga lebih tinggi untuk turis lokal, bahkan beberapa teman asing juga merasa heran dengan hal tersebut.

Pertama kali menyadari hal tersebut waktu berkunjung ke Bukit Lawang dengan beberapa teman couchsurfing, pemilik losmennya mematok harga yang berbeda untuk kamar dengan fasilitas yang sama, 50rb untuk orang asing, dan 100rb untuk orang lokal, tetapi ntah bagaimana guide kami berhasil meyakinkan pemilik losmen bahwa kami adalah pacar bule-bule tersebut sehingga dikasih harga yang sama, whatever..yang penting dapat murah. Kejadian paling parah adalah sewaktu di Tuk-tuk, saya dengan 2 orang teman tiba duluan dan keliling Tuk-tuk satu sorean untuk mencari penginapan. Berhubung karena long weekend, tingkat occupancy juga tinggi dan banyak guesthouse yang full. Salah satu hal yang saya rasa menyebabkan turisme di Danau Toba kurang berkembang juga karena kurangnya profesionalisme pelaku bisnis disana :( Banyak losmen yang tidak mematok harga yang tetap, di masa high season, harga dinaikan sesuka hati dan tergantung kemampuan tawar menawar.

Guesthouse pertama yang kami kunjungi bersisa 1 kamar, staff pertama bilang harganya 150rb, sewaktu kami hendak melihat kamarnya, staff kedua bilang harganya 200rb, kami pun batal untuk melihat kamar tersebut. GH kedua, kami pun nego dengan pemiliknya yang penuh rasa curiga, dia bertanya "kalian berapa orang?" "Tiga, buk" "Yakin kalian cuma bertiga?" Whatda?? Kami pun pamit karena kondisi kamar tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan "Nanti kalo kami mau, kami balik lagi ya" ditanya lagi "Mau bawa sisa teman lainnya yah?" *Menjedotkan kepala* Pemilik GH 2 ini berpikir kami mau menjejali 1 kamar dengan banyak orang sekaligus :p GH ke-3, saya dan beberapa teman pernah stay disana beberapa bulan yang lalu, tapi tiba-tiba harganya menjadi tiga kali lipat dari harga sebelumnya, alasannya sederhana (langsung dari bibir pemiliknya): karena beberapa bulan yang lalu kami datang bersama bule *pingsan* GH yang ke-4, staffnya bersikap acuh tak acuh dan bahkan tidak menunjukkan sikap ramah sama sekali (padahal GH ini direkomen sama salah satu teman ekspat dari Amrik dengan embel-embel tempatnya cozy, murah dan staffnya ramah, well...probably we came at the wrong time, those guy definitely just had a bad day). Akhirnya kami stay di GH yg ke-5, yg lagi-lagi bikin kesel. Kami diberitahu kamar yang tersisa hanya yang seharga 175 ribu, tapi begitu saya bilang kami butuh 2 kamar karna ada teman kita pasangan bule yang akan nyusul kesini. Alhasil dengan ajaibnya, tiba-tiba tersedia kamar harga 40 ribu, Are you kidding me??? Sambil menelan harga diri yang kalah dari rasa capek dan gelapnya malam, akhirnya kami stay disana juga. Bukan hanya itu saja, pada saat saya hendak mengisi buku tamu juga, pegawai GH menyarankan supaya teman kami yang bule mengisi duluan, tapi begitu selesai, dia menarik kembali buku tamunya, seolah tidak sudi buku tamu tersebut tercemari tamu lokal *speechless*

Pengalaman diperlakukan seperti turis kelas dua ini tentu bikin kesal, bukannya gila hormat atau mau menuntut perlakuan yang gimana gitu, tapi setidaknya sebagai turis lokal toh kami membayar nominal rupiah yang sama, tapi mengapa diperlakukan dengan begitu berbedanya. Saya pun 'ngadu' ke salah satu teman yang pernah bekerja di salah satu GH di Tuktuk, dia memberikan pandangan dari sisi lain yang membuka mata saya, walau masih tetap kesal :p Beberapa alasan yang membuat turis asing lebih diistimewakan karena:
1. Turis asing tinggal relatif lebih lama, rata-rata semingguan, sedangkan turis lokal rata-rata cuma nginap semalam, paling lama juga 2 malam.
2. Turis lokal cenderung suka menjejalin kamar, misalnya kamar untuk 2 orang bisa ditinggalin oleh 5 orang, bahkan lebih.
3. Turis asing makan di restoran GH, setidaknya untuk sarapan, sehingga mereka mendapat pemasukan tambahan dari restoran juga selain dari kamar. Turis lokal banyak yang membawa POPmie dan kopi sachet, trus paginya minta air panas -____-"
4. Turis lokal cenderung lebih jorok dan membuang sampah sembarangan, kondisi kamar yang ditinggal check out juga selalu berantakan.

Generalisasi memang tidak bisa dihindarkan, walaupun tidak semua turis lokal seperti itu, maka ada baiknya menyamar jadi turis asing saja sewaktu mencari penginapan di Bukit Lawang atau Tuktuk :p Caranya?? Cuma dengan nenteng carrier plus tampang lusuh, acak-acakan dan kaos seadanya dan jangan nenteng plastik kresek yang isinya popmie dan biskuit. Saya pernah dikira turis dari Jepang atau Korea dengan tampang oriental saya, bahkan saya masih ditanya mengapa bisa lancar bahasa Indonesianya walau sudah ngaku orang Indonesia, nah loh?? Jika tampang anda Indonesia banget, masih bisa lah ngaku sebagai orang Malaysia atau Filipina atau Thailand yang konon susah dibedakan. Warning: Tip ngaco ini tidak benar-benar disarankan, dan hanya untuk sekedar fun aja :p